Sejujurnya, tidak semua pengembang aplikasi
selalu bisa mengikuti kemauan pasar, ketika meluncurkan ataupun melakukan
pembaruan pada konten mereka. Banyak kesalahan yang bahkan membuat penggunanya
marah besar. Tahun 2015 kemarin merupakan tahun yang paling sedikit mengandung
kontroversi di pasar aplikasi ponsel pintar, namun beberapa diantaranya tidak
luput dari perhatian publik. Simak daftar aplikasi Android paling kontroversial
sepanjang 2015 berikut ini.
Monument Valley (Harga: $3.99)
Pengembang Monument Valley bisa disebut sebagai
pemenang kategori tweet paling kontroversial 2015. Bagaimana tidak, saat mereka
mengakui bahwa 95% dari instalasi aplikasi mereka sama sekali tidak dibayar. Meski
Ustwo sebagai pengembang tidak mengatakan apa-apa soal isu pembajakan, namun
hal ini akhirnya memicu diskusi berkepanjangan mengenai kasus pembajakan pada
ponsel. Pengembang aplikasi lain pun ikut menunjukkan rasa prihatinnya mengenai
isu pembajakan.
Sayangnya, banyak penggemar aplikasi bajakan
bersikeras bahwa Ustwo hanya mengada-ngada, dan sengaja mengatakan hal tersebut
untuk mendulang popularitas.
Move to iOS (Gratis)
Tampilan Move to iOS di deskripsi Play Store. |
Aplikasi yang dikembangkan oleh Apple sendiri
ini pada awalnya berjalan dengan baik. Move to iOS memungkinkan pengguna Android
untuk memindahkan seluruh berkas Anda ke layanan Apple, sehingga nantinya pada
saat Anda sudah membeli iPhone, Anda cukup mengunduhnya kembali. Namun
penggemar fanatik Android merasa hal ini merupakan sebuah penghinaan, dan
akhirnya menebar spam berupa rating 1 bintang pada halaman aplikasi Move to iOS
di Play Store. Sebagai balasan, penggemar Android ini juga membuat aplikasi
parodi yang diberi nama “Stick with Android” dan menerima 10.000 rating 5
bintang.
Telegram (Gratis)
Tampilan Telegram di deskripsi Play Store. |
Telegram dapat disejajarkan dengan aplikasi
perpesanan populer seperti WhatsApp, LINE, dan sebagainya. Telegram bahkan
lebih baik dalam urusan privasi ketimbang kompetitornya. Namun, karena sifatnya yang privat, akhirnya
kelompok teroris ISIS pun menganjurkan anggotanya untuk menggunakan aplikasi
ini, yang mana sempat menjadi buah bibir di media. Dalam konferensi Disrupt
yang diadakan oleh TechCrunch, pengembang Telegram mengaku bahwa mereka tahu
pihak ISIS menggunakan aplikasi mereka. Sejak itu, banyak akun ISIS yang telah
dihapus, namun terus bermunculan kembali. Isu ini semakin menguat setelah kasus
terorisme di Paris. Kini, Telegram terus menanjak popularitasnya setelah banyak
melakukan “bersih-bersih.”
0 comments:
Posting Komentar